Jawaban atas permasalahan sanitasi di negara dunia ketiga.
Kamis, 16 Agustus 2012, 07:59
Elin Yunita Kristanti
(Reuters/Adam Hunger)
VIVAnews
-- Semua orang tahu siapa Bill Gates, pendiri perusahaan teknologi
Microsoft yang tak pernah absen di jajaran orang-orang terkaya di dunia
sejak tahun 1995. Ia juga seorang filantropis, yang belakangan ingin
mengubah dunia melalui hal yang sering dianggap remeh namun ternyata
berperan penting bagi umat manusia: toilet.
Gates yakin jawaban atas permasalahan sanitasi di negara dunia ketiga, salah satunya adalah toilet masa depan bertenaga surya.
Selasa 14 Agustus 2012 lalu, ia menyerahkan uang sebesar US$100.000 atau setara Rp949 juta kepada California Institute of Technology atas kerja mereka mengembangkan sistem tenaga surya mandiri yang mendaur ulang air dan mengurai kotoran manusia menjadi energi.
Fokus Gates adalah memenuhi kebutuhan atas jenis toilet baru sebagai bagian penting dari misi yayasannya, untuk meningkatkan kesehatan di negara miskin dan berkembang.
Lalu apa hubungannya toilet dengan kesehatan?
Gates yakin jawaban atas permasalahan sanitasi di negara dunia ketiga, salah satunya adalah toilet masa depan bertenaga surya.
Selasa 14 Agustus 2012 lalu, ia menyerahkan uang sebesar US$100.000 atau setara Rp949 juta kepada California Institute of Technology atas kerja mereka mengembangkan sistem tenaga surya mandiri yang mendaur ulang air dan mengurai kotoran manusia menjadi energi.
Fokus Gates adalah memenuhi kebutuhan atas jenis toilet baru sebagai bagian penting dari misi yayasannya, untuk meningkatkan kesehatan di negara miskin dan berkembang.
Lalu apa hubungannya toilet dengan kesehatan?
Jangan remehkan persoalan
buang hajat. Kebiasaan buang air besar sembarangan di sejumlah negara
bisa menyebabkan masalah kesehatan serius. Menyebabkan 1,5 juta balita
tewas setiap tahunnya, demikian menurut Gates. Dan, toilet gaya Barat
bukanlah jawaban atas persoalan itu, sebab, ia membutuhkan infrastruktur
pembuangan yang kompleks dan boros air.
Pendiri Microsoft Corp pun memutar otak, dan memaksa para ilmuwan berpikir demi kemaslahatan manusia. Caranya, dengan menciptakan penemuan baru dalam teknologi toilet, yang menurut dia, belum berubah secara mendasar sejak penemuan toilet siram otomatis (flush) pada tahun 1775.
"Bayangkan apa yang mungkin akan terwujud, jika kita terus bekerja sama, mendorong investasi di sektor ini, dan menerapkan kejeniusan manusia dalam beberapa tahun mendatang," kata Gates di markas yayasannya di Seattle, AS, seperti dimuat Reuters.
"Penemuan ini tak hanya merevolusi sistem sanitasi di negara berkembang, tapi juga menghentikan ketergantungan kita akan toilet siram otomatis tradisional di negara-negara kaya."
Yayasannya mengumumkan dana segar baru senilai US$3,4 juta untuk proyek toilet ini. Membuat total investasi dalam misi bertajuk, "Reinvent the Toilet Challenge" alias "Tantangan Menemukan Kembali Toilet" sebesar US$6,5 juta.
Gates kembali menekankan, 2,6 miliar orang dunia, atau 40 persen dari populasi dunia -- sebagian besar di negara sub-Sahara Afrika dan Asia Selatan tak punya akses ke toilet sehat dan terpaksa buang air sembarang tempat.
Tahun lalu,Yyayasan Bill & Melinda Gates Foundation juga mengajak delapan universitas untuk membantu memecahkan persoalan ini. Untuk menciptakan toilet higienis, menggunakan sedikit atau bahkan sama sekali tak memakai air, aman, terjangkau. Dan ini yang tak kalah penting, bisa mengubah limbah menjadi energi, air bersih, dan nutrisi.
Dari kakus jadi energi
Dan, ide California Institute of Technology mendekati apa yang diharapkan Gates. Sebuah model kamar mandi bertenaga surya, di mana panel surya menghasilkan daya untuk reaktor elektrokimia, yang mengurai tinja dan urine menjadi gas hidrogen. Gas ini lalu disimpan di dalam sel bahan bakar hidrogen yang bisa digunakan sebagai cadangan energi untuk mengoperasikan toilet di malam hari atau pada saat cahaya matahari berintensitas rendah.
Penampungan kotoran didesain dikubur di bawah tanah, di bawah dudukan toilet konvensional. Air yang telah digunakan untuk menyiram kotoran, dipompa dan diolah agar bisa digunakan kembali untuk menyiram toilet, dan seterusnya.
Hadiah juga diberikan Gates pada Loughborough University, Inggris dan University of Toronto, Kanada atas desain mereka yang fokus mentransformasi tinja menjadi energi yang bisa digunakan.
Yayasan Gates menghabiskan sekitar U$80 juta per tahun untuk masalah air, sanitasi dan kebersihan. Dengan tujuan, dengan memecahkan masalah sehari-hari bisa membuat perbedaan nyata dalam kehidupan manusia.
Itu baru sebagian kecil. Yayasan yang dipimpin Gates bersama ayah dan istrinya, Melinda, adalah organisasi filantropi swasta terbesar di dunia dengan sumbangan senilai lebih dari US$33 miliar.
Pendiri Microsoft Corp pun memutar otak, dan memaksa para ilmuwan berpikir demi kemaslahatan manusia. Caranya, dengan menciptakan penemuan baru dalam teknologi toilet, yang menurut dia, belum berubah secara mendasar sejak penemuan toilet siram otomatis (flush) pada tahun 1775.
"Bayangkan apa yang mungkin akan terwujud, jika kita terus bekerja sama, mendorong investasi di sektor ini, dan menerapkan kejeniusan manusia dalam beberapa tahun mendatang," kata Gates di markas yayasannya di Seattle, AS, seperti dimuat Reuters.
"Penemuan ini tak hanya merevolusi sistem sanitasi di negara berkembang, tapi juga menghentikan ketergantungan kita akan toilet siram otomatis tradisional di negara-negara kaya."
Yayasannya mengumumkan dana segar baru senilai US$3,4 juta untuk proyek toilet ini. Membuat total investasi dalam misi bertajuk, "Reinvent the Toilet Challenge" alias "Tantangan Menemukan Kembali Toilet" sebesar US$6,5 juta.
Gates kembali menekankan, 2,6 miliar orang dunia, atau 40 persen dari populasi dunia -- sebagian besar di negara sub-Sahara Afrika dan Asia Selatan tak punya akses ke toilet sehat dan terpaksa buang air sembarang tempat.
Tahun lalu,Yyayasan Bill & Melinda Gates Foundation juga mengajak delapan universitas untuk membantu memecahkan persoalan ini. Untuk menciptakan toilet higienis, menggunakan sedikit atau bahkan sama sekali tak memakai air, aman, terjangkau. Dan ini yang tak kalah penting, bisa mengubah limbah menjadi energi, air bersih, dan nutrisi.
Dari kakus jadi energi
Dan, ide California Institute of Technology mendekati apa yang diharapkan Gates. Sebuah model kamar mandi bertenaga surya, di mana panel surya menghasilkan daya untuk reaktor elektrokimia, yang mengurai tinja dan urine menjadi gas hidrogen. Gas ini lalu disimpan di dalam sel bahan bakar hidrogen yang bisa digunakan sebagai cadangan energi untuk mengoperasikan toilet di malam hari atau pada saat cahaya matahari berintensitas rendah.
Penampungan kotoran didesain dikubur di bawah tanah, di bawah dudukan toilet konvensional. Air yang telah digunakan untuk menyiram kotoran, dipompa dan diolah agar bisa digunakan kembali untuk menyiram toilet, dan seterusnya.
Hadiah juga diberikan Gates pada Loughborough University, Inggris dan University of Toronto, Kanada atas desain mereka yang fokus mentransformasi tinja menjadi energi yang bisa digunakan.
Yayasan Gates menghabiskan sekitar U$80 juta per tahun untuk masalah air, sanitasi dan kebersihan. Dengan tujuan, dengan memecahkan masalah sehari-hari bisa membuat perbedaan nyata dalam kehidupan manusia.
Itu baru sebagian kecil. Yayasan yang dipimpin Gates bersama ayah dan istrinya, Melinda, adalah organisasi filantropi swasta terbesar di dunia dengan sumbangan senilai lebih dari US$33 miliar.
Indonesia punya toilet alternatif
Bicara soal toilet alternatif, Indonesia sudah punya contohnya. Letaknya di WC umum di Gang Petojo Binatu I, Jakarta Pusat.
Selain pengolahan limbah,
fasilitas MCK itu juga memiliki teknlogi pengolahan kotoran manusia
menjadi biogas, yang hasilnya bisa digunakan sebagai bahan bakar kompor.
Baca selengkapnya: Energi Alternatif, dari Kakus ke Dapur (eh)
0 comments:
Post a Comment