Proyek pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) yang telah digaungkan
sejak tahun 1960 kini memasuki babak baru. Setelah sekian lama hanya
menjadi wacana, proyek yang direncanakan tidak menggunakan APBN karena
menggandeng konsorsium tersebut telah memasuki study kelayakan. Belum
lama ini pihak konsorsium (yang mendanai proyek JSS) telah melakukan
studi banding ke jembatan gantung terpanjang di dunia yang berada di
Jepang. Menurut mereka, Karakter Indonesia sebagai wilayah yang sering
diguncang gempa sama seperti Jepang, sehingga tepat jika Jembatan Selat
Sunda mengadopsi teknologi yang sama dengan jembatan yang menghubungkan
pulau Akashi dan Kaikyo itu.
Jembatan Selat Sunda (maket) foto: Majalah Tempo |
Konsep Jembatan Akashi - kaikyo akan diadopsi karena melihat banyaknya
kesamaan. Panjang jembatan di Jepang itu memang hampir sama dengan JSS
Akashi-Kaikyo mempunyai panjang 1,99 km sedang JSS nanti akan mempunyai
panjang 2,2 km. Keduanya berada di atas palung yang dalam dan sesar
aktif berpotensi terguncang gempa sebesar 8,5 skala richter.
Jembatan Akashi - Kaikyo (Jepang) |
Adapun yang akan diadopsi meliputi subs struktur (fondasi) dan bridge
lock (pengunci) sebagai peredam efek gempa. Fondasi akan dibangun 500 m
hingga 1000 m dibawah permukaan air laut. Selain kedua teknologi
tersebut JSS juga akan mengadopsi teknologi supra struktur yang
menyangkut konsep bridge suspension yaitu jembatan yang mampu menahan
terpaan angin dengan kecepatan hingga 290 km/jam.
Tujuan pembangunan JSS ini memang untuk meningkatkan perekonomian di
kawasan Sumatera dan Jawa yang sering terganggu jika mengandalkan
pelayaran. Nantinya, Jembatan ini akan melalui beberapa pulau sepanjang
Jawa-Sumatera. (Tempo)
0 comments:
Post a Comment